CITIZEN JOURNALISM ( Publik Dalam Ekosistem Jurnalisme Masa Kini )

 ‘CITIZEN JOURNALISM’

PUBLIK DALAM EKOSISTEM JURNALISME MASA KINI

a. Latar Belakang

Publik atau masyarakat merupakan salah satu elemen yang ikut dilibatkan dalam 10 elemen jurnalistik oleh Bill Kovac. Disebutkan bahwa salah satu elemen penting dalam jurnalistik adalah keberpihakan jurnalisme kepada publik atau masyarakat. Alih-alih sekedar keberpihakan, perkembangan zaman memberikan sebuah dinamika peranan yang berbeda, publik kini tidak sebatas diberikan tendensi keberpihakan melainkan, keterlibatan langsung pada ekosistem jurnalisme itu sendiri. Hal demikian bisa terjadi tentunya tidaklah melalui sebuah proses yang instan, perkembangan teknologi memegang peranan penting dalam fenomena tersebut. 

Merujuk kepada Acta Diurna pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM). Acta Diurna, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”. Dimulai dari sebuah papan pengumuman, seiring berjalannya waktu jurnalisme-pun mengalami banyak perkembangan. Tentu kita mengenal koran, tabloid, majalah atau sejenisnya. Prodak-prodak tersebut kita pahami sebagai jurnalisme berbasis media cetak , berkembang ke radio, televisi, jaringan internet hingga kita mengenal  media sosial didalamnya.

P.N. Howard dan M.R Parks menyebutkan, “Media sosial adalah media yang terdiri atas tiga bagian, yaitu : Insfrastruktur informasi dan alat yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan isi media, Isi media dapat berupa pesan-pesan pribadi, berita, gagasan, dan produk-produk budaya yang berbentuk digital, Kemudian yang memproduksi dan mengkonsumsi isi media dalam bentuk digital adalah individu, organisasi, dan industri.” Jejaring warga berbasis media sosial juga terus berkembang, jika diperhatikan seiring berjalan waktu peranan warga juga memiliki dinamika peranannya sendiri.  Dimulai dari sekedar berkomentar, mengklarifikasi, mengelola blog atau situs independen hingga partisipasi langsung warga dalam pemberitaan suatu peristiwa melalui akun pribadi. Oleh karenanya, dinamika peranan publik dalam ekostsitem jurnalistik hari ini menjadi fenomena yang begitu menarik serta patut untuk dibahas lebih dalam pada artikel ini.



b. Pembahasan 


Peranan masyarakat dalam ekosistem jurnalisme hari ini setidaknya memiliki ragam yang cukup banyak, sederhananya kita mengenal konsep tersebut dengan sebutan ‘Citizen Journalism’ yang jika dibahasa indonesiakan berarti jurnalisme warga. Perkembangan format media yang beragam tentu memunculkan sekian banyak konteks tersendiri yang bergantung pada fungsinya masing-masing. Banyak fenomena yang terjadi, cukup kuat untuk mencirikan sebuah aktivitas dari salah satu format jurnalisme masa kini yang akrab disebut ‘Citizen Journalism’.


Tentu, tidak sedikit dari kita yang sejak lama telah mengenal forum diskusi dalam jaringan bernama kaskus. Pertukaran informasi, jual beli hingga sekedar diskusi hobi santai kerap kali terjadi dalam format media tersebut. Beranjak dari sana, kelahiran banyak blog independen  serta media sosial friendster, facebook, twitter, path hingga yang paling up to date digunakan hari ini yaitu instagram serta twitter juga memiliki peran serta yang tidak sedikit. Contoh paling mudahnya, kita tentu pernah mengalami suatu peristiwa yang entah dirasa penting atau tidak penting  lalu kita merekamnya dan mengunggahnya ke instastory akun instagram pribadi kita. Setelah diunggah, sering tidaknya tentu kita pernah mendapatkan sebuah respon dari pengikut akun kita, bukankah hal tersebut bisa dikatakan sebuah perisitiwa jurnalistik warga? Dari sebuah peristiwa yang dialami secara pribadi, pengunggahan peristiwa tersebut membuka sebuah keran informasi, setelah informasi tersebut tersebar aka nada respon  dari siapa yang melihat unggahan peristiwa tersebut. Otomatis terjadi pertukaran informasi  dan peristiwa jurnalistik telah terjadi.


Kejadian diatas merupakan sebuah contoh kecil, banyak juga bertebaran akun sosial media independen dengan tema-tema tertentu. Dari berita-berita serius hingga sebatas infotaiment. Beberapa kanal media resmi juga membuka ruang penulisan bagi warga yang ingin menuangkan opini, pengalaman serta informasi pribadi yang ia dapatkan. Berangkat dari contoh-contoh tersebut, bukankah fenomena ekosistem jurnalisme hari ini yang dapat langsung diwakili oleh public sudah cukup dapat dirasakan keberadaan serta eksistensiya?


Bahkan tidak sembarangan, beberapa artikel yang telah ditelusuri oleh penulis telah memuat pakem-pakem tertentu sebagai syarat seorang individu dapat mengambil peranan sebagai pewarta informasi bagi publik. Adapun syaratnya adalah sebagai berikut:


1. Akurasi, ketepatan.

2. Kecermatan, ketelitian.

3. Transparansi, keterbukaan dalam peliputan berita.

4. Kejujuran

5. Independensi, tidak berpihak dan tidak terikat oleh kelompok mana pun.

Walaupun hanya seorang masyarakat biasa, kita tetap bisa memberikan berita secara bebas dan juga harus berdasarkan dengan etika dan prinsip yang ada dalam prinsip dasar jurnalisme warga yang sudah saya sebutkan diatas tadi. Sebab tentu, informasi yang disebarluaskan harus bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Karena, informasi tersebut juga menyangkut kepentingan banyak orang.

. Dengan banyaknya format serta konsep jurnalisme yang ada serta sifat jurnalisme warga yang bergerak dari dua arah juga membuat kita selaku penerima informasi harus cedas serta teliti dalam memilih, membaca serta menerima informasi yang beredar. Mengetahui apakah berita itu valid atau tidak, dan menge-check detil semua informasi. Karena, jika semua berita yang ada kita sampaikan kepada masyarakat tanpa mengetahui kebenaran dari berita tersebut maka akan mencemari jurnalis dan juga etika jurnalis yang sudah dibentuk. Mudahnya, dalam format jurnalisme warga pertanggung jawaban diberikan kepada dua sisi pelaku jurnalistik. Yaitu, pemberi juga penerima informasi.

Namun, disisi lain dalam perkembangan jurnalisme warga yang begitu pesatnya hari ini. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh dewan pers menyatakan bahwa publik masih lebih percaya terhadap informasi yang disampaikan oleh media arus utama (mainstream). Dikutup dari  hasil riset lewat laman resmi dewan pers, “hal ini menyatakan, masih terlihat tingginya tingkat kepercayaan publik terhadap media pers arus utama dibanding media sosial, akan tetapi disisi lain publik juga masih tinggi menggunakan media sosial, hal ini terkait kontrol terhadap informasi pada media pers arus utama. Pembatasan dan kontrol terhadap akses media terutama terhadap konten-konten yang bermuatan hoax dan ujaran kebencian harus diawasi dengan regulasi yang mengatur platform media sosial oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika sangat penting, hal ini berkaitan dengan kepentingan publik yang berhak untuk mendapatkan informasi dengan benar dan sesuai dengan fakta.”









c. Kesimpulan


Keberadaan ‘Citizen Journalism’ sebagai salah satu ekosistem jurnalisme hari ini tentu memiliki pro dan kontranya tersendiri yang bergantung kepada sudut pandang yang diambil oleh tiap individu. Terlepas dari segala pengaruh serta keberadaan beragam ekosistem jurnalisme hari ini, semua format serta konteks tersebut masih dirasa penting keberadaanya. Tidak hanya sebagai sumber informasi belaka, keragaman sumber tersebut juga dapat menjadi lembaga kontrol terhadap tiap informasi yang beredar agar informasi tidak dapat dimonopoli oleh segilitir pihak yang memiliki kepentingan terhadap sebuah agenda dalam lingkup masyarakat luas. 


Keragaman ekosistem media hari ini menjadikan masyarakat memiliki pilihan, dapat menimbang serta menentukan mana informasi yang dapat dipahami serta dipercaya. Lembaga kontrol yang diciptakan dari keragaman ekosistem media hari ini juga menjadi keuntungan bagi publik jika dapat mengelola dan memperlakukannya dengan bijak serta bertanggung jawab.


d. Daftar Pustaka


• N Qomariah - Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Citizen Journalism 2011 - ejournal.uin-suska.ac.id 

• S Ishak. 2014 Jurnalisme Modern- books.google.com

• Jurnal Dewan Pers edisi 18: Media dan Praktek Abal-Abal

• Buletin Etika edisi Desember 2020

• Rafiq: Dampk Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Suatu Masyarakat 2020 – ejurnal.upnvj.ac.id


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer